Salah satu bentuk warisan
budaya nenek moyang orang Rote yang masih bertahan dan dipraktekkan di beberapa
tempat di pulau Rote sampai saat ini adalah Hus Nde’o. Upacara adat ini
merupakan pesta rakyat yang dilakukan dalam bentuk pawai kuda hias. Ada dua
jenis Hus yakni Hus Umum yaitu Hus yang biasa dilakukan untuk tujuan beragam
dan di dalamnya tidak mengandung unsur ritual dan Hus Ritual (Hus Tutus),
misalnya Hus untuk merayakan panen dan Hus meminta hujan.Seiring dengan berjalannya
waktu, upacara adat ini tidak lagi dipraktekkan di beberapa tempat selain salah
satu tempat di pulau Rote yang masih tetap mempertahankannya yaitu Hus Nde’o di
Desa Boni. Ini berarti bahwa keberadaan salah satu potensi budaya orang Rote sedang
menghadapi tantangan. Tantangan dimaksud bisa saja berasal dari dalam masyarakat sendiri dan
bisa datang dari luar. Tantangan dari dalam bisa terjadi karena kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mempertahankan budayanya sendiri atau tidak lagi mau
mencintai budayanya sendiri dan juga tantangan berupa pengaruh globalisasi dan
modernisasi.
Untuk mempertahankan kekayaan budaya tersebut maka Pemda Kab. Rote Ndao melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar kegiatan Hus Nde’o selama 2 hari yaitu tanggal 20 dan 21 September 2016 di Desa Boni yang dibuka oleh Bupati Rote Ndao, Drs. Leonard Haning, M.M pada tanggal 20 September 2016 dihadiri oleh Forkopimda se-Kab. Rote Ndao dan masyarakat.
Pada kesempatan tersebut
Bupati Haning mengapresiasi kegiatan tersebut. “Hus sudah hamper punah sehingga
tugas kita mempertahankannya. Pemda sangat mendukung kegiatan ini tahun-tahun
mendatang dan harap digelar di desa lainnya juga,” pesan Bupati Haning. Adapun jumlah
kuda yang dilibatkan dalam kegiatan Hus tersebut mencapai ratusan ekor yang dihias untuk memeriahkan kegiatan budaya tersebut. Acara ditutup oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Rote Ndao pada tanggal 21 September 2016.
* * * * *